Lappung – Sektor pertanian Indonesia menorehkan sejarah baru dengan menjadi penyumbang produk domestik bruto (PDB) tertinggi untuk pertama kalinya.
Capaian ini disebut sebagai buah dari visi kebijakan yang kuat dan sinergi antara pemerintah pusat hingga daerah di era kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.
Baca juga : Indonesia 2025: Pertumbuhan dan Pemerataan di Bawah Prabowo
Pemerhati Pembangunan, Mahendra Utama, menyatakan bahwa prestasi gemilang ini bukanlah suatu kebetulan, melainkan hasil dari kerja keras dan arah kebijakan yang konsisten.
“Kita patut memberi penghormatan kepada Presiden Prabowo Subianto, yang konsistensi arahannya menegaskan bahwa ketahanan pangan adalah fondasi utama kedaulatan nasional,” ujar Mahendra Utama, Jumat, 10 Oktober 2025.
Menurutnya, di bawah kepemimpinan Prabowo, sektor pertanian telah berhasil naik kelas dari sekadar ranah subsidi menjadi ujung tombak perekonomian negara.
Mahendra juga memberikan apresiasi tinggi kepada Menteri Pertanian dan jajaran Kementan RI.
Ia menyoroti berbagai kebijakan strategis yang menjadi pendorong utama keberhasilan ini, mulai dari peningkatan produktivitas, pemanfaatan lahan, hingga pendampingan teknologi pertanian modern.
“Kebijakan-kebijakan strategis ini telah mendorong prestasi stok beras nasional mencapai 4,2 juta ton, sebuah rekor tertinggi sejak Indonesia merdeka,” jelasnya.
Keberhasilan ini, lanjut Mahendra, tidak lepas dari kolaborasi solid di tingkat daerah.
Peran para gubernur dan bupati di wilayah yang berhasil mencapai swasembada beras dinilai sangat vital.
“Kepemimpinan mereka dalam memastikan distribusi benih unggul, pengairan, serta pendampingan petani sangat menentukan.
“Pencapaian nasional sejatinya bermula dari keberhasilan lokal,” tegas Mahendra.
Ia mencontohkan bagaimana provinsi-provinsi yang sebelumnya mengalami defisit kini berbalik arah menjadi pemasok beras untuk kebutuhan nasional.
Hal ini membuktikan efektivitas kebijakan yang tersampaikan dari pusat hingga ke tingkat desa dan area persawahan.
Baca juga : Bukan Sekadar Wisata: Karakter Mobilitas Udara Lampung-Jakarta
Di era ini, pertanian tidak lagi dipandang sebagai simbol nostalgia negeri agraris semata.
Menurut Mahendra, sektor ini telah bertransformasi menjadi penggerak utama roda ekonomi yang menopang pemulihan, pemerataan, dan stabilitas harga pangan.
“Indikator terkuatnya adalah kontribusi terbesar terhadap PDB nasional dalam catatan sejarah kita,” katanya.
Meski demikian, Mahendra mengingatkan bahwa perjalanan belum usai.
Tantangan ke depan seperti peningkatan produktivitas, dampak perubahan iklim, pengembangan agroindustri, akses pasar yang lebih luas, dan adaptasi teknologi masih harus dihadapi.
“Pemerintah pusat dan daerah harus terus memperkuat sinergi, memperluas akses modal bagi petani, mendorong riset dan inovasi, serta menjaga kesinambungan agraria,” pesannya.
Sebagai penutup, Mahendra memberikan harapannya agar Indonesia tidak hanya mapan dalam swasembada beras, tetapi juga benar-benar merdeka dalam pangan, mandiri dalam produksi, dan adil dalam distribusi.
“Mari kita teguhkan kepercayaan bahwa negeri agraris ini memiliki masa depan ekonomi yang gemilang,” pungkasnya.
Baca juga : Menyambut Langkah Agresif Jawa Timur: Saatnya Lampung Bangkit Menjadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri