Lappung – Provinsi Lampung kembali menegaskan posisinya sebagai salah satu pilar utama ketahanan pangan nasional dengan produksi jagung yang menembus 1.107.739 ton pada tahun 2024.
Capaian ini menempatkan Lampung di peringkat ke-6 produsen jagung terbesar di Indonesia, buah dari sinergi antara kerja keras petani dan kebijakan strategis pemerintah daerah.
Baca juga : 4 Komoditas Unggulan Lampung Timur
Pemerhati Pembangunan, Mahendra Utama, menyatakan bahwa keberhasilan ini tidak hanya sekadar angka statistik, melainkan cerminan dari ekosistem pertanian yang semakin modern dan tangguh di Bumi Ruwa Jurai.
“Di balik angka produksi yang impresif, ada 5 kabupaten yang menjadi motor penggerak utama.
“Mereka adalah pahlawan sejati yang menopang ekonomi rakyat dan memastikan Lampung tetap menjadi lumbung pangan Indonesia,” ujar Mahendra Utama, Jumat , 10 Oktober 2025.
Kelima kabupaten tersebut, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2024, secara konsisten menjadi penyumbang terbesar dan layak menyandang predikat sebagai raja jagung di Lampung.
Dominasi 5 Kabupaten Raja Jagung
Menurut analisis Mahendra Utama, kekuatan produksi jagung Lampung bertumpu pada 5 wilayah strategis yang masing-masing memiliki keunggulan tersendiri.
Lampung Timur menempati posisi puncak sebagai juara tak tergoyahkan.
Dengan luas panen mencapai 141.879 hektare, kabupaten ini mampu menghasilkan lebih dari 700 ribu ton jagung per tahun.
“Lampung Timur adalah mahkota produksi jagung.
“Semangat petani di sana, didukung oleh pemerintah daerah, telah menjadi simbol kesejahteraan,” jelasnya.
Menyusul di posisi kedua adalah Lampung Selatan, yang membuktikan diri sebagai pilar pertanian modern.
Lahan panen seluas 124.672 hektare di wilayah ini menghasilkan 816.975 ton jagung pada 2024.
Mahendra menyoroti keberhasilan integrasi antara petani, koperasi, dan industri pakan ternak sebagai kunci suksesnya.
Selanjutnya, Lampung Tengah sebagai kabupaten terluas, memanfaatkan 78.106 hektare lahannya untuk menyumbang lebih dari 400 ribu ton jagung berkualitas yang diakui industri pakan nasional.
“Di urutan keempat dan kelima, ada Lampung Utara dan Waykanan yang menunjukkan konsistensi luar biasa,” tambah Mahendra.
Lampung Utara dengan lahan 40.629 hektare menghasilkan lebih dari 200 ribu ton, sementara Waykanan dari wilayah utara menyumbang lebih dari 100 ribu ton dari lahan seluas 28.883 hektare.
Baca juga : 5 Sentra Cabai Lampung
Keberhasilan produksi ini, kata Mahendra, juga didukung oleh tata niaga yang sehat.
Harga jagung pipilan kering di tingkat petani terpantau stabil di kisaran Rp5.700 hingga Rp6.200 per kilogram.
Stabilitas ini didorong oleh permintaan industri pakan ternak yang kuat dan kebijakan pemerintah provinsi yang pro-petani.
Di bawah kepemimpinan Gubernur Rahmat Mirzani Djausal, Lampung tidak hanya berfokus pada peningkatan produksi, tetapi juga mendorong hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah komoditas.
“Visi gubernur sangat jelas. Masa depan jagung Lampung tidak hanya berhenti di ladang, tetapi harus masuk ke industri kreatif pangan,” tegas Mahendra.
Ia mencontohkan inisiatif seperti pelatihan UMKM dan kolaborasi dengan akademisi, seperti yang dilakukan Universitas Lampung di Pesawaran untuk mengolah jagung menjadi tortilla dan keripik bernilai ekonomi tinggi.
“5 kabupaten ini adalah pilar kejayaan. Namun, keberhasilan sesungguhnya terletak pada kepemimpinan yang progresif dan dedikasi seluruh elemen masyarakat.
“Dari ladang hingga pasar, jagung Lampung adalah bukti nyata kerja keras dan inovasi,” pungkasnya.
Baca juga : Hilirisasi Jeruk Siam: Lampung Menuju Kedaulatan Ekonomi