Lappung – Good agricultural practices jadi kunci sukses kakao Pesawaran.
Kabupaten Pesawaran tengah berjuang mengembalikan kejayaan kakao yang dulu pernah menjadi primadona.
Baca juga : Petani Hutan Lampung Didorong Beralih ke Pupuk Organik
Namun, tantangan seperti serangan hama, minimnya penerapan teknik budidaya modern, dan kurangnya pendampingan membuat produksi kakao menurun drastis.
Kini, harapan baru muncul lewat penerapan Good Agricultural Practices (GAP) yang diyakini bisa meningkatkan produktivitas sekaligus menjaga keberlanjutan lahan.
Beny Kurniawan, pendamping Perhutanan Sosial di Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Pesawaran, menjadi salah satu sosok yang mendorong petani untuk mengadopsi teknik budidaya yang lebih baik.
Menurutnya, praktik pertanian yang tepat bukan hanya meningkatkan hasil panen, tetapi juga menjaga ekosistem hutan tetap lestari.
“Petani harus paham bahwa kakao butuh perhatian khusus.
“Pemangkasan, sanitasi lahan, pemupukan, hingga penyemprotan harus dilakukan dengan benar agar tanaman tumbuh optimal dan bebas dari hama,” ujar Beny, dikutip pada Sabtu, 8 Februari 2025.
Sejak 2 tahun terakhir, ia aktif mendampingi petani di kawasan Hutan Kemasyarakatan (HKm) Pujo Makmur, salah satu daerah dengan luas lahan kakao sekitar 543 hektare.
Baca juga : eSTDB, Senjata Baru Petani Lampung Hadapi Aturan Uni Eropa
Pendampingan ini mencakup edukasi teknik sambung samping, sambung chupon (tunas), serta replanting menggunakan varietas unggulan seperti MCC 02, BB 01, dan ICRI 09.
Keseriusan dalam membangkitkan kakao Pesawaran juga dibuktikan dengan pengiriman tenaga pendamping ke pusat pelatihan kakao di MARS Cocoa Development Center, Luwu Timur, Sulawesi Selatan.
Beny sendiri menjadi salah satu peserta yang mendapat pelatihan intensif selama sebulan di sana.
“Banyak ilmu baru yang bisa diterapkan di sini, mulai dari pemilihan bibit unggul, teknik perawatan yang tepat, hingga pasca panen.
“Kami ingin memastikan petani bisa mengelola kebunnya dengan lebih baik,” jelasnya.
Langkah ini menjadi bagian dari strategi besar KPH Pesawaran dalam mencetak tenaga pendamping berkualitas yang mampu memberikan bimbingan lebih efektif kepada petani di lapangan.
Good Agricultural Practices Kunci Sukses Kakao Pesawaran
Selain rehabilitasi lahan, legalitas pengelolaan kakao juga menjadi perhatian.
Saat ini, KPH Pesawaran telah melakukan pendataan lahan petani melalui sistem e-STDB (Sertifikat Tanaman dan Budidaya Berkelanjutan), dengan total luas lahan yang sudah teridentifikasi mencapai 1.472,59 hektare.
Baca juga : Pemerintah Perketat Izin Air Tanah di Metro dan Kotabumi
Data ini tidak hanya memastikan petani memiliki legalitas, tetapi juga membuka peluang lebih besar untuk menembus pasar nasional dan internasional.
Bahkan, verifikasi lapangan yang dilakukan di Pesawaran menjadi yang pertama di Indonesia untuk kawasan Perhutanan Sosial.
“Kami ingin petani tak hanya bisa menanam, tapi juga menjual kakao dengan harga terbaik.
“Dengan legalitas yang jelas, produk kakao dari Pesawaran bisa lebih kompetitif di pasar global,” tambah Beny.
Fermentasi Kakao
Salah satu tantangan terbesar dalam industri kakao adalah rendahnya harga jual akibat minimnya proses fermentasi.
Banyak petani masih menjual kakao dalam kondisi basah, padahal jika difermentasi selama tiga hingga empat hari, nilai jualnya bisa meningkat drastis.
“Kami terus mendorong petani untuk melakukan fermentasi karena kualitas kakao yang difermentasi lebih tinggi dan lebih diminati oleh pasar,” kata Beny.
Saat ini, KPH Pesawaran telah menyiapkan 3.000 polybag bibit kakao, dengan 1.500 bibit siap didistribusikan kepada petani yang ingin memperbarui atau memperluas kebunnya.
“Kami percaya jika semua pihak bersinergi, kakao Pesawaran bisa kembali berjaya.
“Ini bukan hanya soal meningkatkan produksi, tapi juga memastikan petani mendapatkan hasil yang lebih baik,” pungkas Beny.
Baca juga : Aset Perbankan Lampung Tembus Rp134 Triliun, Naik 9,54 persen