Lappung – Bikin heboh! Kades hamburkan uang di panggung Kalianda Fair.
Penutupan Kalianda Fair 2024 meninggalkan cerita heboh setelah 2 kepala desa, Hara Banjarmanis dan Palembapang, menghambur-hamburkan uang di atas panggung.
Baca juga : Tersangka Kasus Korupsi Mantan Kepala Desa Diserahkan ke Kejari Lampung Selatan
Aksi ini sontak menjadi perbincangan publik setelah video berdurasi 2 menit 14 detik yang menunjukkan mereka menyawer uang kepada penonton viral di media sosial.
Dalam video tersebut, kedua kepala desa tampak mengenakan pakaian seragam dengan celana dasar hitam, batik, dan Kikat Lampung Hanuang Bani di kepala.
Mereka berjoget sambil menyawer uang kertas kepada para penonton yang tampak riuh menyambutnya.
“Semalam acaranya jadi ajang sawer, kades Hara dan Palembapang menghambur-hamburkan uang,” ujar Agus, seorang warga Kalianda yang menyaksikan acara penutupan tersebut pada Senin, 29 Juli 2024.
Agus pun mempertanyakan asal uang yang digunakan untuk saweran tersebut.
Baca juga : JMSI Lampung Desak Pj Gubernur Pilih Kepala OPD Kompeten
“Uang dari mana ya? Cara nyawernya itu bikin heran. Sah-sah saja kalau pakai uang pribadi dan tidak korupsi,” katanya.
Bikin Heboh! Kades Hamburkan Uang di Panggung Kalianda Fair
Menanggapi hebohnya aksi ini, Camat Kalianda, Erman Suheri, menyatakan bahwa tindakan para kepala desa tersebut hanya merupakan ungkapan kebahagiaan.
“Ini hanya ungkapan bahagia saja dari para kades, tidak ada maksud lain.
“Mereka berbagi kebahagiaan dengan para pengunjung yang memang bukan orang lain, mereka semua perangkat desa.
“Acara juga sukses, guyub, dan aman,” ujarnya singkat.
Baca juga : 2 Mantan Kepala Kampung di Waykanan Diciduk Polisi, Diduga Korupsi Dana Desa
Namun, sejumlah warga tetap meresahkan tindakan tersebut, mengingat banyak warga yang masih mengalami kesulitan ekonomi.
“Saat masih banyak warga yang kesulitan, tindakan seperti itu bisa dianggap kurang peka terhadap kondisi sekitar,” ujar Edi, warga Desa Pematang.
Diketahui, Kalianda Fair 2024 sendiri berlangsung meriah dengan berbagai hiburan dan pameran yang menarik banyak pengunjung dari berbagai daerah.
Namun, aksi nyawer dari 2 kepala desa tersebut tampaknya menjadi salah satu momen yang paling diingat dan diperbincangkan oleh masyarakat.
Penutupan yang seharusnya menjadi momen gembira bagi semua pihak, kini menjadi sorotan dengan berbagai tanggapan dari masyarakat.
Terlepas dari kontroversi ini, harapannya, para pemimpin desa dapat lebih bijak dalam bersikap.
Dan, mempertimbangkan dampak dari setiap tindakan mereka terhadap masyarakat luas.
Baca juga : 9 Desa di Mesuji Nunggak Pajak