Lappung – Dosen ITERA pimpin restorasi terumbu karang Pahawang.
Terumbu karang di perairan Pulau Pahawang, Kabupaten Pesawaran, Lampung, mengalami kerusakan akibat aktivitas wisata yang tidak terkontrol dan pencemaran lingkungan.
Baca juga : Ekosistem TNBBS Terancam, Konflik Harimau-Manusia Tak Terhindarkan
Namun, harapan untuk memulihkan ekosistem bawah laut itu kembali muncul lewat aksi konservasi yang dipimpin oleh Novriadi Ismail, seorang dosen Biologi dari Institut Teknologi Sumatera (ITERA).
Berbekal keahliannya sebagai Coral Restoration Diver, Novriadi menggandeng masyarakat Dusun Jelarangan, Desa Pulau Pahawang, untuk melakukan transplantasi terumbu karang.
Langkah ini diharapkan bisa mengembalikan keindahan bawah laut Pahawang yang sempat menjadi daya tarik wisatawan.
“Banyak terumbu karang di sini yang rusak. Padahal, ekosistem ini sangat penting, bukan hanya untuk lingkungan, tapi juga untuk ekonomi masyarakat yang bergantung pada wisata bahari,” kata Novriadi, Minggu, 2 Februari 2025.
Edukasi dan Aksi Nyata
Restorasi terumbu karang tidak bisa dilakukan sendiri. Karena itu, Novriadi mengajak warga sekitar untuk ikut terlibat.
Baca juga : Nelayan Kampung Cabang Lamteng: Berjuang di Tengah Limbah dan Ilegalitas
Melalui edukasi dan pelatihan, masyarakat mulai memahami pentingnya menjaga ekosistem laut.
Tak hanya itu, kelompok konservasi berbasis komunitas pun dibentuk.
Dengan dukungan pemerintah desa, inisiatif ini semakin terorganisir dan mendapat payung hukum lewat Surat Keputusan (SK) Kepala Desa Pahawang.
“Kami ingin masyarakat tidak hanya menjadi penonton, tapi juga pelaku utama dalam konservasi ini,” ujar Novriadi.
Wisata Berbasis Konservasi
Selain edukasi dan restorasi, kelompok ini juga mengembangkan konsep wisata berbasis konservasi.
Wisatawan yang berkunjung ke Pahawang kini diajak untuk berpartisipasi dalam upaya penyelamatan terumbu karang.
Lewat sistem donasi dan ticketing khusus, sebagian pendapatan dari wisata disalurkan untuk kegiatan konservasi.
Bahkan, ada gagasan untuk menghadirkan sea walker, alat yang memungkinkan wisatawan non-penyelam melihat langsung kondisi bawah laut.
Baca juga : Petani Hutan Lampung Didorong Beralih ke Pupuk Organik
“Kami ingin wisatawan bukan hanya menikmati, tapi juga ikut menjaga. Dengan sistem ini, setiap kunjungan punya kontribusi nyata bagi lingkungan,” jelas Novriadi.
Dosen ITERA Pimpin Restorasi Terumbu Karang Pahawang
Meski upaya konservasi terus berjalan, tantangan tetap ada.
Kerusakan lingkungan masih terjadi, ditambah dengan masalah sampah yang mencemari perairan.
Namun, Novriadi dan timnya tetap optimistis. Dengan dukungan akademisi, masyarakat, dan wisatawan, mereka yakin ekosistem laut Pahawang bisa kembali sehat.
“Ini bukan pekerjaan satu-dua tahun. Tapi kalau semua pihak terlibat, kita bisa mengembalikan keindahan Pahawang seperti dulu,” tutupnya.
Baca juga : Tali Tafia: Langkah Boemikita Jadikan Lampung Lebih Hijau