Lappung – Sebuah dokumen rahasia Kementerian Kesehatan Prancis yang bocor ke publik mengungkap persiapan serius negara itu dalam menghadapi kemungkinan perang besar di Eropa pada Maret 2026.
Pemerintah secara diam-diam telah memerintahkan seluruh rumah sakit untuk bersiaga menampung puluhan ribu tentara yang terluka.
Baca juga : Gelombang Demo Inggris-Prancis: Pelajaran bagi Indonesia
Menurut laporan media lokal Le Canard Enchaine pada Minggu, 14 September 2025, surat edaran tertanggal 18 Juli 2025 itu menginstruksikan sistem kesehatan nasional untuk mempersiapkan kapasitas perawatan bagi 10.000 hingga 50.000 tentara.
Para prajurit ini diperkirakan memerlukan perawatan medis dengan durasi antara 10 hingga 180 hari.
Menteri Kesehatan Prancis, Catherine Vautrin, mengonfirmasi kebenaran perintah tersebut.
Menurutnya, langkah ini adalah bagian dari antisipasi krisis yang wajar dilakukan oleh negara.
“Ini adalah hal yang sepenuhnya normal bagi sebuah negara untuk mengantisipasi krisis dan konsekuensi dari apa yang sedang terjadi di dunia,” ujar Vautrin.
Ia menambahkan bahwa pengalaman pandemi Covid-19 menjadi pelajaran pahit yang mengekspos ketidaksiapan Prancis dalam menghadapi krisis berskala besar.
Pemerhati isu geopolitik sekaligus Eksponen 98, Mahendra Utama, menilai langkah tersebut menandakan 2 hal penting.
“Pertama, eskalasi konflik Rusia-Ukraina kini dianggap benar-benar mengancam stabilitas Eropa Barat.
“Kedua, pemerintah Prancis secara rahasia sedang mempersiapkan skenario terburuk, meskipun di panggung publik mereka masih berbicara tentang diplomasi,” jelasnya, Senin, 15 September 2025.
Kesiapan Nasional di Berbagai Sektor
Perintah kepada rumah sakit ini bukanlah satu-satunya langkah kesiapsiagaan yang diambil Prancis.
Baca juga : Airports Indonesia Diproyeksi Kalahkan Prancis dan India
Sebelumnya, pemerintah telah merilis panduan bertahan hidup setebal 20 halaman untuk setiap rumah tangga.
Panduan itu berisi instruksi praktis, seperti anjuran menyimpan air minum, makanan kaleng, senter, dan obat-obatan dasar.
Bahkan, salah satu bagiannya menyarankan warga untuk menutup rapat pintu dan jendela jika terjadi kecelakaan atau serangan nuklir.
Di tingkat pertahanan, Sekretariat Pertahanan Nasional (SGDSN) juga telah menyusun manual khusus untuk penanganan serangan nuklir dan pembentukan pasukan pertahanan sipil di tingkat lokal.
Langkah-langkah ini diambil di tengah memanasnya ketegangan geopolitik dengan Rusia.
Pekan ini, drone Rusia dilaporkan melanggar wilayah udara Polandia dan Rumania, 2 negara anggota NATO, yang memicu respons pertahanan dari aliansi tersebut.
Presiden Emmanuel Macron secara konsisten menggambarkan Rusia sebagai ancaman eksistensial.
Namun, sikap kerasnya ini menuai kritik dari oposisi sayap kanan.
Thierry Mariani dari partai Rassemblement National menuduh Macron sengaja melebih-lebihkan ancaman untuk kepentingan politik, khususnya untuk membatalkan pemilihan presiden pada 2027.
“Kebocoran dokumen ini bisa dibaca sebagai realisme geopolitik, di mana Prancis bersiap untuk konflik intensitas tinggi.
“Namun, ini juga bisa dilihat sebagai alarmisme yang berpotensi memicu ketakutan publik dan dimanfaatkan untuk agenda politik domestik,” tambah Mahendra.
Prancis tidak sendirian. Sejumlah negara Eropa lainnya telah mengambil langkah serupa.
Jerman sejak April 2025 mendesak warganya untuk bersiap menghadapi perang, sementara Inggris mengeluarkan peringatan tentang ancaman konflik langsung pada Juni lalu.
Komisi Eropa juga telah meluncurkan Strategi Kesiap-siagaan untuk meningkatkan ketahanan seluruh benua terhadap krisis.
Baca juga : Badai Politik di Tengah September: Ketika Dunia Berguncang Bersamaan





Lappung Media Network