Lappung – Tahura Wan Abdul Rahman surga ekowisata Lampung yang menanti dijelajahi.
Dari pusat Kota Bandarlampung, kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Wan Abdul Rahman (WAR) tampak begitu megah dengan Gunung Betung yang menjulang.
Baca juga : Petani Hutan Lampung Didorong Beralih ke Pupuk Organik
Hamparan hijau yang luas ini bukan sekadar hutan, melainkan surga ekowisata yang menyimpan keanekaragaman hayati luar biasa.
Bagi para pencinta alam dan petualang, Tahura WAR adalah destinasi yang wajib dikunjungi.

Trekking di tengah pepohonan raksasa, menikmati udara segar, hingga berjumpa dengan satwa liar menjadi pengalaman yang sulit ditemukan di tempat lain.
Keindahan alamnya yang masih alami kini mulai mendapat sorotan, seiring upaya pemerintah dalam mengembangkan ekowisata berkelanjutan di kawasan ini.
Pesona Keindahan
Tak hanya Gunung Betung, kawasan ini juga menaungi 3 gunung lainnya, yaitu Gunung Pesawaran, Gunung Rantai, dan Gunung Tangkit Ulu Padang Ratu.
Di antara perbukitan hijau itu, terdapat berbagai jalur trekking yang menawarkan pengalaman berbeda bagi wisatawan.
Baca juga : Good Agricultural Practices, Kunci Sukses Kakao Pesawaran
Salah satu jalur favorit adalah rute Sumber Agung-Batu Lapis yang melewati hutan kemiri.
Jalur lainnya, Talang Mulya-Talang Kelik-Talang Rabun, menawarkan perjalanan lebih menantang dengan suguhan lanskap hutan tropis yang masih perawan.
Wisatawan yang ingin menikmati kesegaran air alami bisa mengunjungi beberapa air terjun yang tersembunyi di dalam kawasan ini.
Air Terjun Wijono, Air Terjun Talang Rabun, dan Air Terjun Sinar Tiga adalah beberapa spot terbaik yang menawarkan pemandangan menakjubkan.
Sementara itu, fenomena geologi seperti Batu Lapis dan Punggung Naga semakin menambah daya tarik bagi para pecinta eksplorasi alam.
Keanekaragaman Hayati
Tahura Wan Abdul Rahman bukan hanya soal keindahan lanskapnya, tetapi juga rumah bagi berbagai flora dan fauna khas Sumatra.
Rangkong yang eksotis, siamang yang bersahutan di pagi hari, serta beragam spesies burung lainnya menjadikan kawasan ini sebagai habitat penting yang perlu dijaga.
Tak hanya itu, kawasan ini juga kaya akan vegetasi tropis.
Pepohonan langka seperti merawan (Hopea mengarawan), medang (Litsea firmahoa), rasamala (Altingia excelsa), hingga berbagai jenis anggrek dan paku-pakuan tumbuh subur di hutan ini.
Selain berfungsi sebagai paru-paru kota, keberadaan vegetasi ini juga menjadi sumber kehidupan bagi satwa liar yang menghuni kawasan tersebut.
Ekowisata
Dinas Kehutanan Provinsi Lampung semakin gencar mempromosikan Tahura WAR sebagai destinasi ekowisata unggulan.
Baca juga : eSTDB, Senjata Baru Petani Lampung Hadapi Aturan Uni Eropa
Berbagai program telah dilakukan, seperti famtrip bagi pelaku industri pariwisata, test tour untuk menguji jalur trekking, hingga lomba foto yang menampilkan keindahan kawasan ini.

Namun, pengembangan ekowisata di Tahura bukan hanya soal menarik wisatawan.
Konsep ini juga harus mampu menjaga keseimbangan antara konservasi alam dan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Melalui model kemitraan, pemerintah menggandeng kelompok tani hutan (KTH) untuk berperan aktif dalam mengelola wisata berbasis masyarakat.
Wisatawan bisa ikut serta dalam kegiatan penanaman pohon, belajar tentang agroforestry, hingga berinteraksi langsung dengan warga setempat yang menjalankan usaha berbasis lingkungan.
Tahura Wan Abdul Rahman Surga Ekowisata Lampung yang Menanti Dijelajahi
Untuk mewujudkan Tahura Wan Abdul Rahman sebagai ikon ekowisata Lampung, peran pemerintah sangat krusial.
Infrastruktur yang memadai, regulasi yang mendukung kelestarian, serta promosi yang lebih luas menjadi kunci keberhasilan.
Di tengah harapan besar terhadap kepemimpinan baru Lampung, pasangan Rahmat Mirzani Djausal-Jihan Nurlela (Mirza-Jihan) diharapkan dapat memberikan perhatian lebih terhadap pengembangan ekowisata.
Dengan sinergi yang kuat antara pemerintah, komunitas, dan pelaku wisata, Tahura WAR bisa menjadi contoh sukses bagaimana konservasi dan kesejahteraan masyarakat berjalan beriringan.
Baca juga : Pemerintah Perketat Izin Air Tanah di Metro dan Kotabumi





Lappung Media Network